Lebih rinci, Indonesia berada pada urutan ke-72 dari 77 negara dalam bidang membaca, urutan ke-72 dari 78 negara dalam bidang matematika serta peringkat ke-70 dari 78 negara untuk bidang sains.
Skor PISA Indonesia pada 2018 tersebut, bahkan mengalami penurunan dibandingkan perolehan skor PISA pada 2015. Tidak hanya pada satu aspek, melainkan terjadi di setiap bidang, yakni kemampuan membaca, matematika dan sains.
Untuk skor kemampuan membaca siswa Indonesia turun dari 397 menjadi 371, kemudian skor rata-rata matematika merosot dari 386 menjadi ke 379 serta sains dari angka 403 menjadi 396.
Dengan fakta dan data yang terpapar tersebut, sudah seharusnya dan mau tidak mau, hanya ada satu jalan yang mesti ditempuh tiap pihak terkait, yakni memperbaiki dan terus memperbaiki kualitas pendidikan di Tanah Air.
Ialah Menteri Pendidikan (Mendikbud) Anwar Nadiem Makarim sebagai nakhoda kapal besar yang bernama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang memiliki dan mesti mengemban tugas berat itu. Ia diberi kepercayaan oleh Presiden Joko Widodo menggantikan posisi Prof Muhadjir Effendy yang berpindah tugas ke kementerian lainnya.
Amanah yang dipercayakan kepadanya memang tidak gampang. Apalagi, jika melihat ke belakang rapor PISA Indonesia yang mengalami penurunan pada beberapa tahun terakhir. Belum lagi, situasi pandemi COVID-19 yang menghantam dunia betul-betul mengubah wajah pendidikan.
Bisa dibayangkan, tanpa kejadian pandemi saja Indonesia sudah kewalahan menggenjot kualitas pendidikan, terutama di daerah 3T, apalagi jika diiringi dengan kondisi yang dirasakan saat ini.
Patut diakui, Mendikbud dan jajarannya terus mencari solusi peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu fokusnya ialah peningkatan di daerah 3T melalui program Kampus Mengajar Perintis yang digagas dalam masa pandemi COVID-19, termasuk pula di berbagai daerah kabupaten dan kota yang tidak tergolong 3T, namun sekolahnya memiliki akreditasi C.
Program Kampus Merdeka Belajar merupakan salah satu bentuk pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan berupa asistensi mengajar untuk memberdayakan mahasiswa dalam membantu proses belajar mengajar di tingkat satuan pendidikan sekolah dasar negeri di berbagai kabupaten dan kota di Tanah Air.
Pada tahap pertama, Kemendikbud berhasil menjaring sekitar 2.500 mahasiswa dari 89 perguruan tinggi untuk mengikuti program tersebut di 692 sekolah dasar yang tersebar di 277 kabupaten dan kota di 32 provinsi. Selama satu semester, para mahasiswa memberikan pelatihan, pendidikan, pengayaan serta inovasi pendidikan di sekolah dasar dengan status akreditasi C.













Komentar