Hal ini menjadi cermin bahwa gerakan apapun untuk membeli produk lokal itu semestinya bukan semata kampanye melainkan komitmen yang diwujudkan semua pihak.
Pemerintah bukan sekadar mengajak namun membuktikan untuk mengalihkan seluruh belanja program ke arah produk buatan lokal.
Terkait Beli Kreatif Danau Toba, sejatinya tak perlu bicara tentang potensi, sebab jika ingin menerapkan konsep hidup berdikari, masyarakat di sekitar Samosir bahkan seluruh bangsa ini punya segalanya.
Persoalannya terletak pada “polical will state” untuk tidak sekadar membangun dan meningkatkan minat masyarakat agar lebih mencintai, membeli, dan menggunakan produk-produk lokal yang dihasilkan oleh pelaku UMKM atau artisanal. Namun juga berkomitmen menerapkannya dalam kebijakan internal.
Sebagaimana batik yang menasional lewat gerakan, misalnya, kain khas Sumut seperti ulos dari Kampung Dairi yang unik bisa menjadi sasaran selanjutnya untuk dibatik hingga menjadi semacam identitas bangsa ini yang digunakan dalam setiap kesempatan.
Meski begitu langkah pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) layak mendapatkan apresiasi ketika program Beli Kreatif Danau Toba tak berhenti pada sekadar upaya kampanye.
Seperti yang disampaikan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesudibjo bahwa Kemenparekraf/Baparekraf akan melakukan pendampingan bagi artisan untuk “go digital” dan membuat berbagai macam festival untuk memperkenalkan karya-karya Danau Toba dan wilayah di Sumatra Utara lainnya.
“One Village One Product Creative”
Persoalan lain mengemuka ketika persoalan pasar dan komitmen telah berhasil diidentifikasi.
Implementasi di lapangan kemudian tak semudah seperti membalik telapak tangan ketika masalah pasokan di lingkup industri dan usaha lokal tak bisa terjaga baik.
Memang umumnya pelaku UMKM atau artisan masih berjibaku untuk bisa menyelesaikan persoalan kontinyuitas produk.
Setidaknya persoalan itulah yang ditemukenali oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno yang mendapati para pengrajin ulos di Kampung Ulos di Desa Silalahi, Silahisabungan, Dairi, Sumatera Utara, masih terbatas dalam memproduksi ulos padahal permintaan tinggi.
Oleh karena itu, Sandiaga ingin agar mereka menemukan inovasi atau cara terbaik untuk bisa meningkatkan produksi lebih tinggi lagi agar bisa memenuhi permintaan pasar.
Terlebih masyarakat di Kampung Ulos Silahisabungan sejatinya adalah masyarakat yang diberkati dengan keahlian menenun yang diwariskan nenek moyang mereka secara turun-temurun.
Komentar