Menurutnya, ke depan efektifitas vaksin ini bisa menjadi faktor positif yang dapat membuat kegiatan usaha semakin pulih.
“Tentunya para pelaku usaha tidak bisa terus menerus menggunakan uangnya sendiri atau giro, pasti mereka akan meminta kredit pada bank, di saat kredit mulai membaik, di situ mungkin perbankan juga akan mulai memberikan relaksasi terhadap suku bunga kreditnya,” katanya.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh LPS, efektifitas penurunan suku bunga simpanan ke suku bunga kredit, dalam keadaan normal, ada selang waktu antara satu triwulan sampai dengan dua triwulan. Tetapi dengan kondisi pandemi seperti sekarang, mungkin perlu waktu lebih lama lagi atau sekitar tiga triwulan.
Jika melihat kondisi simpanan yang masih tumbuh sekitar 10 persen pada Januari dan pada Desember 2020 tumbuh sekitar 11 persen, hal itu menunjukkan simpanan masih terus meningkat.
“Kalau likuiditas ini masih cukup banyak di perbankan, maka mau tidak mau tren penurunan suku bunga pasar itu masih berlanjut. Di sini LPS akan melihat bagaimana penurunan suku bunga pada bulan Februari akan direspons oleh pasar. Kalau memang dimungkinkan turun, nanti akan ada ruang untuk turun,” ujar Lana.
Lana menambahkan jika permintaan kredit mulai membaik, hal itu dapat mendorong bank untuk menurunkan suku bunga kredit. Oleh karena itu, mengerek konsumsi masyarakat menjadi upaya yang krusial.
“Secara historis jika melihat PDB, konsumsi rumah tangga berkontribusi sekitar 55 persen. Dulu sebelum pandemi, masyarakat kita itu konsumtif, dan itu benar adanya jika melihat kontribusi dari konsumsi rumah tangga itu, jadi kekuatan ekonomi kita itu sebetulnya di konsumsi rumah tangga. Oleh karenanya ke depan sinergi kebijakan itu ialah bagaimana mendongkrak konsumsi rumah tangga tersebut,” kata Lana.(anjas)













Komentar