Menteri Trenggono mengemukakan produksi garam di Kabupaten Indramayu mencapai 361 ribu ton pada 2020, namun penyerapannya belum menyeluruh karena garam yang dihasilkan kelompok petambak hanya dijual ke pabrik-pabrik untuk diolah lagi menjadi garam kemasan.
Alhasil setiap tahun ada garam yang tersimpan di gudang sebab pabrik juga memiliki keterbatasan dalam melakukan pengolahan.
Untuk produksi tahun lalu misalnya masih ada sekitar 37.000 ton garam yang sampai sekarang tersimpan di gudang-gudang garam di Cirebon, Jawa Barat.
Ketua Koperasi Garam Inti Rakyat (GIR) Sari Bobos Amin Muhaimin menjelaskan saat ini penjualan masih bergantung kebutuhan pabrik sebab perizinan untuk mendukung produksi garam kemasan sedang diurus, salah satunya izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Amin juga mengemukakan pihaknya membutuhkan pendampingan dari pemerintah agar garam kemasan yang diproduksi nantinya memiliki daya saing tinggi sehingga tidak kalah dengan garam-garam yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik besar.
Sementara itu KKP juga telah mendorong produktivitas garam lokal Indramayu antara lain dengan membangun washing plant di Kecamatan Krangkeng, yang berdiri pada 2020 dan bagian dari Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Kapasitas produksi washing plant ini mencapai 20 ton per hari. Sedangkan harga garam yang dihasilkan mencapai Rp1.800 per kilogram.
Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut KKP Tb Haeru Rahayu mengatakan washing plant ini terbukti mendorong produktivitas pergaraman di Indramayu.
Menurut Tb Haeru, tadinya petambak mengeluhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibanding harga jual garam. Namun saat ini mereka bisa mendapat keuntungan hingga Rp600 per kilogram dari garam yang dihasilkan. Selain itu, ujar dia, garam yang dihasilkan juga higienis karena prosesnya menggunakan teknologi.
Saluran digital
Menteri Trenggono juga sudah mendorong penjualan komoditas garam oleh petambak dapat memanfaatkan saluran digital seperti melalui sarana daring agar jangkauan pemasarannya lebih luas.
Menurut dia, saat ini pemasaran garam secara digital memang sudah berjalan, tetapi dinilai masih belum maksimal.
Penjualan garam secara daring, lanjut dia, dapat mempermudah penjual dan pembeli sehingga diharapkan penyerapan terhadap garam yang diproduksi bisa lebih maksimal dan tidak lagi bergantung kepada tengkulak.
Selain itu KKP juga telah membangun tunnel (terowongan) garam di Kampung Garam di Kecamatan Mirit, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.
Kelompok petambak garam Cirat Segoro Renges berproduksi di Kampung Garam dengan 26 anggota dan yang mereka hasilkan adalah garam kosmetik serta garam konsumsi.













Komentar