Harga jual produksi mereka ada di kisaran Rp30.000 sampai Rp40.000 per kilogram dengan pasar di sekitar DI Yogyakarta dan Lampung.
Ketua Kelompok Cirat Segoro Renges Budi Santoso menyebut pihaknya telah melakukan penjualan garam melalui daring dengan memanfaatkan media sosial.
“Kami sudah jual lewat online tapi masih belum banyak. Kebanyakan yang beli datang langsung. Tapi kan ke depannya memang harus online. Kami harap ada pendampingan supaya pengemasan dan promosi yang dilakukan secara online lebih besar hasilnya,” urai Budi Santoso.
Dia mengutarakan harapannya agar ada bimbingan dari pemda dan KKP supaya penjualan bisa lebih masif.
Saat ini Budi Santoso dan anggotanya sedang mengembangkan produksi garam piramid. Garam ini memiliki harga jual lebih tinggi mencapai Rp250.000 per kilogram. Namun, dibutuhkan infrastruktur rumah kaca yang sekarang belum tersedia di Kampung Garam.
Inovasi riset
Terkait inovasi garam, Kepala Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan Sjarief Widjaja menyatakan pihaknya telah melakukan riset melalui Instalasi Pengembangan Sumber Daya Air Laut (IPSAL) Pamekasan, Madura, di bawah Pusat Riset Kelautan BRSDM.
Sjarief memaparkan bahwa salah satu inovasi yang dihasilkan adalah Pompa Air Tambak Garam Aplikasi Kincir Sumbu Vertikal, bekerja sama dengan Bank Negara Indonesia (BNI). Inovasi ini dilatarbelakangi oleh banyaknya kecelakaan yang dialami oleh petambak akibat terbentur bilah kincir konvensional hingga mengakibatkan kematian.
Dengan mengaplikasikan kincir sumbu vertikal, lanjutnya, selain aman, juga tahan terhadap badai dan perubahan arah angin. Sebagai uji respons ketahanan, alat ini dipasang di 10 tempat tambak garam rakyat.
IPSAL juga bekerja sama dengan Badan Usaha Milik Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Pamekasan, dalam pembinaan dan pendampingan produksi garam rekristal. Kerja sama sejak 2018 ini merupakan rangkaian dukungan program Pemerintah Kabupaten Pamekasan untuk menciptakan 10.000 lapangan kerja.
Masyarakat Desa Bunder dan Desa Pandemawu Barat, Pamekasan, ujar Sjarieg juga menggunakan inovasi alat dan metode pemurnian garam rekristal sistem rebus memanfaatkan kalori sampah sejak 2020. Inovasi ini merupakan Penerapan Teknologi Adaptif Lokasi (PTAL) hasil riset kelautan yang dilakukan IPSAL.
Pihaknya juga telah membuat konsep technopark, yaitu kawasan bangunan yang diperuntukkan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan kepentingan bisnis.
Technopark bertujuan untuk mendorong pemerintah daerah, dalam rangka pengembangan riset untuk menghasilkan penemuan baru dan kerja sama antara pemangku kepentingan serta memperoleh keuntungan dari pemanfaatan teknologi dan transfer teknologi yang kuat antara pemerintah, industri, universitas, dan masyarakat sehingga meningkatkan produktivitas dan daya saing.













Komentar