oleh

HUT PGRI ke-78 Hani Syopiar Rustam Ajak Guru Untuk Tidak Melupakan Sejarah

 

Pgri
PJ Bupati Hani Syopiar Rustam saat memberikan piagam penghargaan kepada guru di Banyuasin

Banyuasin, JurnalSumatra.com- Bertempat Lapangan Upacara Kantor PGRI Kabupaten Banyuasin, dalam rangka upacara peringatan Hari Ulang Tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) ke-78, Senin (11/12/2023).

Pj Bupati Banyuasin, H Hani Syopiar Rustam, SH ajak para guru untuk tidak melupakan sejarah.

Hal itu seperti disampaikan Pj Bupati Banyuasin H Hani Syopiar Rustam, selaku pembina upaya yang menyampaikan amanat Ketum PGRI Prof Dr Unifah Rosyidi, bahwa, HUT PGRI ke-78 dan Hari Guru Nasional, agar para guru untuk tidak melupakan sejarah (Jas Merah) seperti ucapan Bung Karno.

Karena menurutnya, ucapan dari Founding Father Indonesia tersebut, sangat membekas di sanubari kita untuk tidak melupakan sejarah.

PGRI yang berdiri 100 hari setelah Indonesia Merdeka, saat itu kepulan asap mesiu dan pekik merdeka, menjadi garda terdepan dalam perjuangan membangun dunia pendidikan Indonesia dari keterpurukan, keterbelakangan dan kebodohan akibat penjajahan.

“PGRI hadir sebagai wadah perjuangan guru, pendidik, dan tenaga kependidikan dalam kedaulatan memperjuangkan NKRI, dan melawan kebodohan berperang untuk memajukan Pendidikan Nasional,” ungkapnya.

Baca juga : Pengembangan Komoditi Padi dan Cabai, Pemkab Banyuasin Kerjasama dengan Pemkab Muara Enim

Dijelaskan Hani, Guru merupakan profesi yang menjadi suluh terbaik agar anak bangsa dapat terus berjalan, menuju arah yang mereka cita-citakan.

PGRI berada pada situasi dan zaman yang telah berubah.

Pengurus dan anggota PGRI di semua tingkatan harus adaptif dalam merespon segala perubahan.

Peran Guru tidak akan tergantikan oleh teknologi, maka dari itu para guru harus bisa upgrade, dan bertransformasi dengan mengikuti perkembangan zaman diera digitalisasi seperti sekarang ini. Semangat untuk seluruh guru di Indonesia, ujarnya.

“Terima kasih kepada seluruh guru, pendidik, tenaga pendidikan, khususnya para guru honorer yang setia mengabdi, mengisi kekosongan guru dan tetap mengajar sepenuh hati di sekolah. Tanpa dedikasi dan pengabdian mereka, proses pembelajaran di sekolah akan terhenti karena ketiadaan guru,” sampainya. (SON)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed