“Untuk itulah, jangan sampai mudah percaya atas hasil survei, tebar pesona atau popularitas, apalagi isi tas, oleh karena itu perlu banyak pertimbangan dalam menentukan pilihan, contoh dalam pilkada ini biasanya incumbent atau petahana mencalonkan kembali, jadi bagi masyarakat untuk melakukan penilaian bisa melihat rekam jejaknya selama memimpin, apa yang telah dilakukannya untuk masyarakat, seberapa besar manfaat yang telah dirasakan oleh masyarakat dan itu harus dilihat secara menyeluruh dirasakan oleh masyarakat, bukan sebagian masyarakat apalagi hanya dirasakan oleh masyarakat yang ada dirumahnya saja,” sambung Aktivis 98 itu.
“Jadi dapat dilihat selama 5 tahun kepemimpinannya yang lalu coba lihat secara utuh dan secara menyeluruh, ada tidak peninggalan-peninggalan pembangunan yang manfaatnya masih dirasakan masyarakat, sudah merata kah pembangunannya atau hanya sebagian saja. Bisa saja dalam pembangunan itu tidak memberikan manfaat seperti pembangunan yang mangkrak, atau malah banyak hal negatifnya seperti kasus serasi yang terjadi di salah satu Kabupaten Sumsel, Serasi seharusnya Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani, justru sebaliknya Selamatkan Rawa Sejahterakan Bupati,” timpalnya.
Oleh karena itu, yang harus ditanamkan di hati masyarakat untuk memilih pemimpin, coba lihat program apa yang ditawarkan dan isu kebutuhan apa yang diperlukan masyarakat saat ini dan siapa yang layak dan mampu menjawab serta amanah dalam programnya. Bukanya seperti program liv service (layanan bibir) saja, misalnya dia kunjungan kerja ke eropa menggunakan APBD dan disana dia berbicara akan membuat peternakan sapi di suatu daerah atau Kecamatan, namun faktanya kemana itu program jadi catatan-catatan rekam jejak ini penting untuk diingat masyarakat.
Bahkan fakta terbaru dalam persidangan kasus uang tabungan pensiun PNS disalah satu Kabupaten, dalam fakta persidangan salah satu tersangka sempat memberikan kesaksian, ada uang tabungan pensiun ASN itu sejumlah ratusan juta dipinjam, untuk digunakan sebagai pembiayaan survei politik penguasa dan anaknya.
“Artinya kekuasan yang selama ini diberikan rakyat itu dikorbankan, hanya untuk kepentingannya pribadi, sementara masyarakat sudah memilihnya sebagai pemimpin agar memberikan manfaat sesuai harapan masyarakat namun berlaku seperti itu, dan jangan sampai kedepan banyak lagi masyarakat yang dikorbankan karena masa depan kita ditentukan karena pilihan kita sendiri,” tutupnya. (SON)
Komentar